Selasa, 7 agustus 2012
Sudah beberapa minggu hujan tak kunjung datang menyapa.
Entah apa yang terjadi pada alam ini hingga dedaunan berteriak kehausan,
ilalang mengering, dan tanah yang kian kering kerontang.
Aku bersama kelompok biologi menanam tumbuhan caesim untuk
memenuhi tugas biologi, caesim ini sendiri merupakan rekomendasi dari Ustad
Isya, ustad yang tersohor di sekolahku. Ia piawai dalam hal bertani, tak salah
kami bertanya pada beliau karena sekarang tanaman kami sudah menunjukan
perkecambahannya.
Penelitian kami berjudul “allelopati pada akar tumbuhan ilalang menghambat pertumbuhan pada tumbuhan
caesim”. Meski itu bukan judul aslinya, intinya kami membahas tentang
penghambatan tanaman. Aku, shinta, tika, tandry, ridho, dan fatwa. Kami
menyirami dua kali sehari setiap pagi dan sore hari dengan air hasil ekstrak
akar ilalang. Hujan masih belum juga datang, maka kami harus lebih sering
memperhatikan tanaman agar tanah tetap lembab. Karena kalau tanah kering, rasa
caesim yang dihasilkan akan pahit. Hem- _-
Selasa, 7 agustus 2012
Sore hari sepulang sekolah,
setelah mengaji, pukul 16.30 aku berniat untuk menyiram tanaman kami,
tapi tiba-tiba hujan turun, walaupun tak besar tapi aku senang bukan main,
setidaknya hujan dapat menyapu debu-debu yang ada di udara. Akhirnya aku
mengurungkan niatku untuk menyiram. Dalam hati aku berfikir, Ya Allah, kenapa
hujannya sangat sedikit dan sangat sebentar sekali? Tidak seperti bisanya yang
kalau sudah kemarau lama biasanya hujannya juga besar dan lama. Ada apa ini?
Hari ini tidak berjalan seperti biasanya, saat buka puasa
bersama di masjid tiba-tiba aku terlintas oleh bayangan ibu , bapak, aa,
keluargaku, aku menangis saat mencicipi ta’jil yang disediakan. Bahkan saat
dzikir sholat magribpun aku menangis, kambuh, entah apa penyebab dari semua
ini, aku menangis sampai tak kuasa untuk bangun, aku sendiri di dalam heningnya
masjid karena semua sibuk mengambil makan malamnya ke dapur, mungkin karena
perut yang sudah tak bisa di ajak kompromi karena puasa. Nafsu makanku hilang
melihat suasana hatiku yang seperti ini. Perlahan , perasaanku mulai tenang
dengan membaca Al-qur’an, aku melihat kitab suci itu telah basah oleh airmata
yang jatuh tak kurasa. Satu-persatu teman-teman mulai mendatangi masjid untuk
melaksanakan sholat tarawih. Sholat Isya diimami oleh teman sekelasku Sugeng.
Ia membaca surat panjang yang aku tidak hapal--‘ aku kagum padanya, atas
hapalan dan atas sikapnya yang supel pada semua orang dan sederhana, yang aku
tau dia hidup sangat sederhana bahkan aku tergolong lebih beruntung dari
kehidupannya, tapi semangat sugeng itu, ah temanku memang hebat semua, sungguh
Allah Maha Adil.
Selesai sholat taraweh, ada perkumpulan di RKB untuk seluruh
akhwat kelas 12. Entah siapa yang mengadakan perkumpulan ini dan entah apa yang
akan dibicakan hingga harus mengumpulkan para akhwat. Mataku masih sembab, maka
aku tetap di masjid tak kembali ke asrama, aku akan berangkat langsung ke RKB.
Diperjalanan menuju RKb, aku bertemu asma dan aya. Akhirnya kami bertiga menuju
RKB bersama. Sampai disana gedung tampak sepi, tak terlihat sesosok akhwat pun
disana. Bahkan kami merasa perkumpulan ini dibatalkan dan kami berniat untuk
kembali ke asrama karena banyak PR yang harus dikerjakan. Setelah menunggu,
satu persatu akhirnya datang, tapi.. wajah mereka menunjukan ada suatu hal yang
tampaknya tak beres. Tapi apa? Setelah kutanyakan, ternyata ada berita
kehilangan di asrama kami, ada 2 temanku yang kehilangan uang yang jumlahnya
tak sedikit. Astagfirullah.. aku merinding ketakutan setelah kusadari bahwa lemariku
tak bisa digembok sedangkan didalamnya tersimpan laptop, yaampun : (
Suasana menegangkan dan menakutkan setelah kami mengetahui
bahwa kejadian itu memang sudah sering terjadi sejak asrama masih diisi oleh
para ikhwan, aku memberanikan diri untuk pergi ke asrama sendirian, untuk
mengecek keadaan laptopku. Aku berjalan sambil melipat kedua tangan di dada dan
menundukan kepala, waktu menunjukan pukul 9 malam. aku yakin Allah bersama
hambanya yang beriman, aku melanjutkan berjalan..
Di depan koperasi langkahku terhenti, setelah melihat affan (bapak angkatan) dan
hanafi (ketua osis) sambil tergopoh-gopoh, kelihatannya mereka habis berlari.. kebingungan,
dan.. mereka mencari-cari gia ibu angkatan kami lalu menghampiri gerombolan
akhwat yang sudah berkumpul di RKB. Ada apa ini? Kebingungan semakin memenuhi
kepalaku.. tapi aku lanjutkan berjalan, aku fokuskan fikiranku pada laptop di
asrama seraya berdoa pada Allah semoga aku masih tergolong pada hambanya yang
beruntung.
Kali ini langkahku terhenti lagi, di depan hall c tepatnya
aku berpapasan dengan tria dan bepe yang sedang menangis sambil berjalan
tergesa-gesa dari arah asrama akhwat. Aku menghentikan mereka dan bertanya :
“ada apa ini??! Kalian kenapa menangis?
Kenapa?”
Aku semakin bertanya-tanya, kenapa aku seperti orang bodoh yang tak tau apa-apa!
Ada apa ini sebenarnya??? Berharap mereka tak membawa kabar buruk, aku memaksa
mereka untuk menjawab pertanyaanku tadi,
dengan perlahan tria menjawab.. “ibunya
sugeng meninggal”
Aku terjatuh saat itu juga, mulutku membisu, badanku seakan
tak bertulang, aliran darahku seakan terhenti, sontak aku menangis,
sangat-sangat menangis, aku bahkan lupa
saat itu banyak teman-temanku yang memeluk dan mencoba mensabarkan aku dan
membangunkanku dari tanah.
Ya Allah, kenapa harus sugeng? Kenapa harus ibunya? Aku tak
bisa berkata-kata melihat rencana-Mu
yang luar biasa ini ya Allah, tanda-tanda yang coba Engkau tunjukan..
sangat menyiratkan keagungan-Mu yang tak mampu terbaca oleh kami hamba-Mu yang
lemah ini. Mungkin ini jalan Allah untuk mengangkat derajatmu sugeng.
Tabahlah.. doakanlah selalu ibumu.. jadilah anak sholeh kebanggaan ibumu yang
selalu mendoakannya.. dalam setiap sujudmu.. dalam setiap doamu.. dan dalam
setiap sholat yang kau imami..
Untukmu, sugeng..
Capaea nemoralis.
Komentar
Posting Komentar